Langsung ke konten utama

Pengertian Sejarah dan Peristiwa Perang Diponegoro Dalam 5 Konsep Berpikir Sejarah

A.   Apa itu sejarah?

Sejarah?

Berbicara tentang sejarah, pasti yang muncul di benak kita adalah kejadian di masa lalu tentang peristiwa peristiwa nasional, internasional, atau apapun itu yang kerap kita temukan dalam buku sosial. Namun, apakah hanya itu yang disebut dengan sejarah? Tentu saja tidak. Karena, bahkan kejadian di masa kita kecil yang mengakibatkan kita terluka sehingga tak dapat berjalan dengan benar saat ini, dapat kita sebut sebagai sejarah. Oleh karena itu, saya akan menjabarkan sedikit tentang apa itu sejarah.

Bak ilmu pengetahuan lainnya, sejarah sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita. Bahkan, dapat kita katakan bahwa sejarah dekat dengan kita. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pasti ada latar belakangnya. Lantas di antara ribuan peristiwa, manakah yang termasuk ke dalam sejarah ? Mari kita bahas hal ini lebih lanjut.

Menurut saya, sejarah adalah peristiwa peristiwa penting berkaitan dengan kehidupan manusia yang terjadi di masa lampau sehingga mempengaruhi kehidupan masa sekarang, mencakup kejadian kejadian yang terjadi secara runtut, tempat dan waktu terjadinya peristiwa tersebut, serta hal hal lain yang menjadi bahasan turunan dari peristiwa sejarah yang dikaji namun tetaplah penting, seperti kehidupan manusia saat peristiwa bersejarah itu terjadi.

Jadi kata kuncinya adalah :
Di masa lalu
Penting
Mempengaruhi kehidupan masa sekarang
Runtut
Ruang
Waktu

OK, itulah sedikit tentang pengertian sejarah yang dapat saya paparkan, selanjutnya kita akan membahas 5 konsep berpikir sejarah dalam "Peristiwa Perang Diponegoro"

CHECK IT OUT !

B.    Peristiwa Perang Diponegoro

Pasti saat mendengar "Perang Diponegoro" yang pertama kali muncul dalam pikiran kita adalah sosok pria yang berkuda dengan membawa pedangnya. Ya, ia adalah "Pangeran Diponegoro". Lalu, apa sih sebenarnya Perang Diponegoro itu? apakah hanya sebatas perang yang dilakukan Pangeran Diponegoro ?

Perang Diponegoro yang juga dikenal dengan sebutan Perang Jawa adalah perang besar dan berlangsung selama lima tahun (1825-1830) di Pulau Jawa, Indonesia. Perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara, melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock yang berusaha meredam perlawanan penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Akibat perang ini, penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa, sementara korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi. Akhir perang menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.

C.    Kronologi

Tak afdol rasanya jika hanya mengetahui sepintas tentang suatu peristiwa tanpa mengetahui tahap demi tahap kejadian dalam suatu peristiwa dengan rinci. Begitu pula dengan sejarah.

Dalam sejarah, konsep berpikir yang pertama adalah kronologis. Bagaimana kita bisa menceritakan kembali peristiwa penting di masa lalu secara runtut sesuai urutan waktu. Hal tersebut sangatlah krusial karena akan mempengaruhi kejelasan informasi yang kita sampaikan dan menjaga cerita tersebut tetap utuh adanya sama dengan apa yang terjadi di masa lalu.

⦁    Latar Belakang Perang Diponegoro

Pada awalnya, perang Diponegoro hanya bersumber dari persoalan internal keraton. Pada Juli 1825, Patih Danu reja IV yang merupakan antek Belanda yang setia, telah memerintahkan para pejabat Kesultanan Yogyakarta untuk membuat jalan. Pembuatan jalan tersebut ternyata menembus tanah milik Diponegoro, yang juga masih kerabat Kesultanan Yogyakarta, dan neneknya di Tegalrejo. Bahkan tanpa sepengetahuannya, pembuatan jalan tersebut sampai menggusur pemakaman milik keluarga Diponegoro. Hal ini jelas mendapatkan perlawanan keras dari Diponegoro.

Untuk itu, pangeran Diponegoro kemudian memerintahkan pegawainya untuk mencabut semua patok yang tertancap sebagai tanda pembuatan jalan oleh Patih Danu reja IV. Tidak hanya itu, Diponegoro juga mengumumkan protes keras dan menuntut supaya Patih Danu reja IV dipecat dari jabatannya. Tetapi, A.H. Smisaerr dan menekan sultan untuk tetap mepertahankan Patih Danu reja IV. Suasana tegang inilah yang menjadi pemicu meletusnya Perang Diponegoro. Sebenarnya, permasalahan ini hanyalah penyulut dari sekian banyak persoalan yang menjadi latar belakang perang Diponegoro.
Menurut Abdul Qadir Djaelani (1999), masalah utama dari Perang Diponegoro adalah karena adanya campur tangan penjajah (Belanda dan Inggris) dalam pemerintahan kesultanan Yogyakarta, yang kemudian tersirat dalam kebijakan dan peraturan kesultanan yang menguntungkan penjajah. Bahkan, sah atau tidaknya kedudukan seorang sultan harus mendapat persetujuan dari penjajah. Kondisi ini diperparah lagi dengan disingkirkannya orang-orang yang tidak mau bekerja sama dengan pihak Belanda. Akibatnya beberapa pangeran yang disingkirkan tersebut, termasuk Diponegoro, kemudian memberontak dan secara terang-terangan melakukan perlawanan, yaitu menentang setiap kebijakan kesultanan dan Belanda.

⦁    Kronologi Perang Diponegoro
Pangeran Diponegoro menyusun barisan dengan nama Perlawanan Rakyat terhadap penjajah. Dalam barisan ini, perlawanan difokuskan pada gerakan rakyat agar perjuangannya bersifat meluas dan lama. Bentuk perlawanan ini dipilih Diponegoro untuk menghindari tuduhan Belanda bahwa ia hanya ingin merebut kekuasaan, meski akhirnya tuduhan tersebut tetap dilanyangkan kepadanya.

Dalam perjuangan tersebut, Diponegoro menggunakan langkah jitu. Ia mengeluarkan seruan kepada seluruh rakyat Mataram untuk sama-sama berjuang menentang penguasa kolonial Belanda dan para tiran, yang senantiasa menindas rakyat. Seruan itu, antara lain berbunyi, "Saudara-saudara ditanah dataran! Apabila saudara-saudara mencintai saya, datang lah bersama-sama saya dan paman saya ke Selarong. Siapa saja yang mencintai saya, datang lah segera dan bersiap-siap untuk bertempur."

Seruan ini kemudian disebarluaskan di seluruh tanah Mataram, khususnya di Jawa Tengah dan mendapat sambutan hampir sebagian besar lapisan masyarakat. Akhirnya, daerah Selarong penuh sesak karena dipenuhi oleh pasukan rakyat. Perang untuk menentang penguasa kolonial Belanda meledak dan membakar hampir seluruh tanah Mataram, bahkan sampai ke Jawa Timur dan Jawa Barat.

Akhirnya, peperangan pun tidak dapat dihindarkan. Pasukan belanda kewalahan menghadapi pasukan Diponegoro selama bertahun-tahun lamanya. Dalam beberapa pertempuran, pasukan Belanda selalu kalah. Hal ini membuat pasukan Belanda dari Madura dan daerah-daerah lain berdatangan untuk membantu pasukan di Yogyakarta yang sedang terserang. Akibatnya, pasukan Diponegoro banyak yang menderita kekalahan dan gugur di medan perang.
⦁    Akhir Perang Diponegoro

Dalam menangani perlawanan Diponegoro tersebut, lagi-lagi Belanda menggunakan siasat yang licik. Diponegoro disergap setelah sebelumnya diiming-imingi untuk melakukan perundingan. Pada posisi tidak siap perang, pangeran Diponegoro serta pengawalnya dengan mudahnya di sergap, dilucuti dan dimasukan ke dalam kendaraan khusus residen. Kendaraan ini sudah terlebih dahulu disiapkan oleh pihak Belanda. Dengan pengawalan yang ketat, pasukan Belanda kemudian membawa pangeran Diponegoro menuju Ungaran.
Pada akhir perang ini, Pangeran Diponegoro kemudian dibawa ke Batavia, sebelum itu dia dibawa terlebih dahulu ke kota Semarang. Tepat pada tanggal 3 Mei tahun 1830, pangeran Diponegoro dan stafnya dibawa ke daerah pembuangan, yaitu di Manado. Pangeran diponegoro beserta 19 orang termasuk keluarga dan stafnya juga ikut dibuang. Kemudian pada tahun 1834 pangeran Diponegoro dan yang lainnya berpindah ke daerah pembuangan lain, yaitu Makassar. Setelah menjalani masa tawanan selama 25 tahun, Pangeran Diponegoro kemudian meninggal pada tanggal 8 Januari tahun 1855 tepatnya saat berusia 70 tahun.

D.    Diakronik

Jika diibaratkan, maka sejarah adalah sebuah buku dan diakronik adalah bab dalam buku tersebut. antara satu bab dengan bab lain terdapat kesinambungan yang membicarakan pokok bahasan utama buku tersebut yang tertuang dalam judul buku. Meski berkesinambungan, bukan berarti seluruhnya harus ditumpahkan ke dalam tulisan tanpa batasan antara satu sama lain. Jika itu yang terjadi, maka para siswa akan malas membaca buku kimia, fisika, biologi, matematika yang seluruh bahasan turunannya melebur dalam satu buku. Oleh sebab itu, perlu bab bab yang membicarakan bahasan turunan mengacu pada pokok bahasan utama sehingga dapat lebih mudah dipahami, dan dimengerti tiap informasinya secara rinci. Dan itulah yang kita sebut dengan konsep diakronik.

Untuk lebih jelasnya, liat contoh di bawah ini ya...

⦁    Pasukan Belanda meyusun strategi Benteng stelsel
Benteng Stelsel atau Aturan Benteng merupakan sebuah strategi perang yang diterapkan oleh Belanda untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Siasat perang ini dicetuskan oleh Jenderal de Kock.kemudian diterapkan pada Perang Diponegoro.
Secara garis besar strategi perang ini adalah pada setiap kawasan yang sudah berhasil dikuasai Belanda, dibangun benteng pertahanan atau kubu pertahanan, kemudian dari masing kubu pertahanan tersebut dibangun infrastruktur penghubung seperti jalan atau jembatan.
Penggunaan strategi Benteng Stelsel pada satu sisi berhasil mempercepat peperangan yang banyak menghabiskan biaya, dengan menjepit kedudukan musuh sekaligus dapat mengendalikan wilayah yang dikuasai, namun sisi lain taktik ini memberi dampak pada pengerahan tenaga kerja paksa yang banyak terutama untuk membangun infrastruktur dalam mendukung strategi tersebut. Pada awalnya taktik perang ini kurang disukai oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda de Gisignies yang dianggapnya juga memerlukan biaya yang besar namun tekanan untuk dapat mempercepat penyelesaian perang di Hindia Belanda, strategi ini tetap dipertahankan
Dalam Perang Diponegoro, pada tahun 1827 strategi ini mulai diterapkan untuk dapat mempersempit kedudukan Pangeran Diponegoro, maka dibangun benteng di Semarang, kemudian Ambarawa, Muntilan, Kulon Progo, dan Magelang. Penerapan dari taktik ini kemudian menghasilkan sekitar 165 benteng baru yang tersebar di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Banyaknya benteng baru yang dibangun Belanda dalam perang ini tidak lepas dari taktik gerilya yang diterapkan oleh Pangeran Diponegoro serta posisi komandonya yang selalu berpindah tempat.
Namun pengaruh strategi ini berhasil mempersempit pergerakan pasukan Pangeran Diponegoro. Sampai tahun 1828 beberapa panglima perang Pangeran Diponegoro mulai banyak ditangkap oleh Belanda, kemudian pada tahun 1829 banyak yang mulai menyerah. Puncaknya Pangeran Diponegoro ditangkap tanggal 28 Maret 1830 di Magelang, dan perang di Jawa kemudian dianggap selesai.

⦁    Pangeran Diponegoro tertangkap di Magelang pada 25 maret 1930

Pangeran Diponegoro, terlahir dengan nama Bendoro Raden Mas Mustahar, di Keraton Yogyakarta, pada tanggal 11 November 1785, merupakan pelaku utama Perang Jawa II. Diponegoro adalah cucu Hamengkubuwono II, dan cicit dari Pangeran Mangkubumi pendiri Kesultanan Yogyakarta.

Sewaktu Diponegoro masih dalam gendongan, Pangeran Mangkubumi, pendiri Yogyakarta, meramalkan bahwa kelak Diponegoro akan membawa kerusakan yang lebih parah pada Belanda. Mangkubumi meyakini Diponegoro akan menjadi musuh yang lebih berat bagi belanda, di banding dirinya semasa perang Giyanti 1746 - 1755.

Ramalan itu ternyata terbukti, sejak meletusnya perang Diponegoro pada 1825 - 1830, pihak Belanda cukup kewalahan. Perang Diponegoro sangat menguras keuangan Belanda, sekitar 25 juta Gulden dihabiskan untuk membiayai perang ini. Sebuah perang dahsyat yang sebelumnya tidak pernah terjadi.

Perang Diponegoro mempengaruhi 2 juta orang atau sepertiga penduduk pulau Jawa, dan menelan 200.000 korban jiwa. Dari pihak belanda sendiri sekitar 8000 tentara Belanda - Eropa, dan 7000 tentara bantuan lokal tewas menjadi korban. Kerugian besar belanda ini kemudian ditutup dengan adanya tanam paksa di tanah Jawa, oleh Van de Bosch sekitar tahun 1831 - 1877.
Perang Diponegoro sendiri mulai berakhir menjelang akhir tahun 1829, dimulai dengan terbunuhnya paman dan dua keponakan Diponegoro di pegunungan Kelir, pada tanggal 21 September. Diponegoro sendiri hampir tertangkap pada 11 November oleh pasukan gerak cepat Michels, sang Pangeran pun terdesak dan mundur kearah barat disekitar Bagelen.
Diponegro yang bersembunyi di hutan-hutan disekitar Bagelen ini terserang penyakit demam malaria, namun begitu semangatnya tak pernah pudar dalam melawan penjajahan. Saat itu, kepala Diponegoro dihargai 20.000 Gulden, bagi siapun yang berhasil menangkap sang Pangeran hidup atau mati.
Sebelumnya, pada 16 Oktober 1829, salah satu panglima andalan Diponegoro, yaitu Sentot menyerah pada belanda. Hal ini makin mempersulit ruang gerak Diponegoro, meski begitu pihak Belanda pun masih sangat kesulitan untuk menangkapnya. Saat itu pihak Belanda pun makin sering mengajak Diponegoro untuk melakukan perundingan.
Ajakan berunding pihak Belanda yang dilakukan oleh Jan Baptist Cleerens ini selalu di tolak oleh Diponegoro, namun para penasihat selalu membujuknya untuk mencoba berunding. Melihat kondisi ini, Diponegoro pun berubah fikiran, Clereens pun menjanjikan bahwa Pangeran bisa bebas dan kembali ke pasukannya jika nanti perundingan tersebut gagal.
Pada tanggal 16 Februari 1830, untuk pertamakalinya sang Pangeran bertemu langsung dengan Cleerens di Remokamal. Tak ada kesepakatan yang dicapai, namun Cleerens berhasil membujuknya agar tak usah kembali dulu dan lebih baik ikut ke Menoreh, sambil menunggu Jenderal Markus Van De Kock yang sedang berada di Batavia.

21 Februari, Donegoro pun tiba dan tinggal selama beberapa hari di Menoreh, salah satu basis Belanda di Jawa Tengah kala itu. Di Menoreh Diponegoro mendapatkan perawatan medis dari dokter Belanda untuk menyembuhkan demam malaria yang deritanya. Saat itu menjelang memasuki awal bulan puasa, pada 25 Februari 1830.
De Kock pun kembali ke Magelang dari Batavia, dan meminta kepada Cleerens, agar Diponegoro segera di bawa ke markas besarnya di Karesidenan Kedu, Magelang, untuk menemuinya. Pangeran kemudian berangkat ke Magelang pada tanggal 8 Maret 1830, dikawal sekitar 800 pengikut setianya.
Saat itu, De Kock bisa saja menangkap Diponegoro, akan tetapi akan sangat riskan. Karena jika ditangkap saat itu juga, tidak mustahil perlawanan akan kembali berkobar. De Kock pun bersikap sangat baik pada Diponegoro, De Kock kemudian memberi sebuah tempat menginap di Matesih dan mempersilahkan jika anak-anak dan isteri Pangeran ikut serta.
Tabiat asli De Kock, sebagai bangsa penjajah yang licik pun muncul. Pada tanggal 25 Maret, De Kock memerintahkan dua komandannya agar mempersiapkan pasukannya. Hal itu dilakukan agar ketika Diponegoro datang untuk berunding, bisa segera ditangkap dengan mudah.
Selama itu, Diponegori dan De Kock sering bertemu dan terlibat obrolan yang santai dan akrab. Namun itu semua hanya tipu daya De Kock, agar Pangeran merasa nyaman, dan seluruh panglima perang Diponegoro benar-benar berhenti melakukan perlawanan.

Pada hari Minggu tanggal 28 Maret 1830, Pangeran tiba dikediaman Residen Kedu, untuk bertemu De Kock. Bersama tiga orang puteranya, diiringi penasihat agama, dua punakawan, dan seorang pengawal pribadinya Diponegoro dipersilahkan untuk masuk, sementara para pengikutnya yang lain menunggunya diluar dengan setia.
De Kock pun memulai pembicaraan dengan mengatakan sebaiknya Pangeran tidak usah kembali ke Matesih, dan tetap tinggal di kediaman residen dengan dirinya. Diponegoro mempertanyakan alasan De Kock menahan dirinya, De Kock mengatakan alasannya menahan Diponegoro adalah agar semua urusan diantara mereka segera selesai.

Diponegoro mempertanyakan sikap De Kock ini, dia pun menegaskan dirinya mau bertemu untuk berunding, karena dijanjikan oleh Cleerens bahwa dia bisa bebas kembali pulang jika perundingan gagal. Pangeran pun tidak meminta apa-apa selain menjadi kepala agama Islam di Jawa, dan gelarnya sebagai Sultan diakui, sementara untuk urusan yang lain diserahkan pada pemerintah kolonial.
Saat itulah pasukan kolonial menangkap Diponegoro dan para pengikutnya, Diponegoro kemudian dibawa dan ditahan di benteng De Oentmoeting di Ungaran, Semarang. Kemudian pada tanggal 5 April 1830, Diponegoro dibawa ke Batavia, dengan kapal uap SS Van Der Capellen, Diponegoro  ditahan di Batavia pada tanggal 8 April hingga 3 Mei 1830.
Diponegoro kemudian dibuang ke Manado, dan menjalani Takdir sebagai sang putera fajar, dan pahlawan terhebat tanah Jawa abad 19, yang hidup dalam pengasingan. Pangeran Diponegoro dihukum seumur hidup hingga tahun 1855, saat ajal menjemput di Makasar.

E.    Sinkronik

Sampailah kita di konsep sinkronik. Berasal dari kata sinkron, maka yang saya pikirkan saat mendengarnya adalah bersambung satu dengan lainnya. Namun, jika itu saja yang kita pikirkan tentang konsep sinkronik, maka tak akan kita temukan perbedaannya dengan diakronik. Lalu, apa sih yang disebut dengan konsep sinkronik?

Ok. Konsep sinkronik adalah suatu bahasan mengacu pada bahasan utama namun tidak berkaitan langsung, tetapi tetaplah penting.  Masih bingung? liat aja contohnya yuk!

⦁    Kondisi sosial masyarakat Indonesia pada peristiwa Perang Diponegoro

Masyarakat Indonesia mengalami suatu dekadensi kebudayaan (kemunduran) terutama dikalangan bangsawan Istana. Bangsawan Istana yang condong merapat dan bersekutu dengan pemerintah kolonial membuat kekecewaan dikalangan masyarakat jawa. Hal ini masyarakat nilai sebagai ketidakmampuan Istana dalam melawan intervensi Belanda yang membuat masyarakat menjadi sengsara, sehingga akhirnya menimbulkan merosotnya kepercayaan masyarakat kepada Bangsawan yang berada di Istana Yogyakarta.

F.    Ruang

Perang Diponegoro terjadi di Pulau Jawa

G.    Waktu

Waktu berlangsungnya Perang Diponegoro adalah pada tahun 1825-1830 M

Sekian, Semoga Bermanfaat...



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Aku Menjadi Sebastian Del Cano

Sebastian Del Cano Pada tahun 14 M. Sebuah pelayaran besar dilakukan. Teori Heliosentris yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, sehingga tidak akan ada yang benar benar tersesat di dunia ini, melainkan ia kembali ke tempat asal ia berlayar. Jatuhnya Kota Konstatinopel oleh Bangsa Turki Usmani merupakan kalimat yang sering kita jumpai di buku yang membahas penjelajahan samudra. Namun apakah sebenarnya itu? Mengapa menjadi pendorong dengan gaya yang besar bagi sebuah penjelajahan samudra? Sebuah penaklukan yang memutuskan aktivitas perdagangan antara Eropa dan Asia. Pedagang Eropa sulit beroperasi di daerah kekuasaannya. Mereka mengalami krisis perdagangan rempah rempah. Lalu bagaimana ia mendapatkan sumbernya? Maka jawabannya adalah dengan mencari sendiri melalui penjelajahan samudra. Jikalau aku menjadi seorang penjelajah samudra yang siap menjajah negeri dengan gudang rempah rempah, maka sebut aku sebagai Sebastian Del Cano. Ya, aku berkebangasaan Spanyol. Kalian pasti mengeta

Manakah Kerajaan Islam Pertama di Nsantara? Samudera Pasai atau Perlak?

SAMUDERA PASAI Samudera Pasai , adalah  kerajaan   Islam  yang terletak di pesisir pantai utara  Sumatera , kurang lebih di sekitar  Kota Lhokseumawe  dan  Aceh Utara , Provinsi  Aceh ,  Indonesia . Raja pertama atau pend iri Kerajaan Samudra Pasai bernama Meurah Silu dengan gelar Sultan Malik As-Saleh pada tahun 1267.  Kehidupan Politik Kerajaan Samudera Pasai Pembahasan mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai berkaitan dengan silsilah raja yang pernah berkuasa dari awal sampai akhir. Raja Pertama Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al Saleh. Pada saat pemerintahannya, ia berhasil menggabungkan dua kota besar yaitu kota Samudra dan kota Pasai. Selain itu, sebagian besar masyarakat menganut agama Islam. Beliau wafat pada tahun 1297, dan dimakamkan di pemakaman yang sudah dijelaskan diatas. Setelah wafat, Jabatan Kerajaan Samudra Pasai kemudian digantikan oleh Sultan Malik at Tahir yang merupakan salah satu anak dari Sultan Malik. Dalam kekuasaan-nya, ibu k