Langsung ke konten utama

Manakah Kerajaan Islam Pertama di Nsantara? Samudera Pasai atau Perlak?






SAMUDERA PASAI
Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi AcehIndonesia. Raja pertama atau pendiri Kerajaan Samudra Pasai bernama Meurah Silu dengan gelar Sultan Malik As-Saleh pada tahun 1267. 
Kehidupan Politik Kerajaan Samudera Pasai
Pembahasan mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai berkaitan dengan silsilah raja yang pernah berkuasa dari awal sampai akhir. Raja Pertama Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al Saleh. Pada saat pemerintahannya, ia berhasil menggabungkan dua kota besar yaitu kota Samudra dan kota Pasai. Selain itu, sebagian besar masyarakat menganut agama Islam. Beliau wafat pada tahun 1297, dan dimakamkan di pemakaman yang sudah dijelaskan diatas. Setelah wafat, Jabatan Kerajaan Samudra Pasai kemudian digantikan oleh Sultan Malik at Tahir yang merupakan salah satu anak dari Sultan Malik. Dalam kekuasaan-nya, ibu kota Kerajaan Samudra Pasai pernah di pindah ke wilayah Lhokseumawe. 
Raja kedua yaitu Sultan Muhammad atau nama aslinya Sultan Malik at Tahir I. Dalam menjalankan kekuasaan perubahan yang diharapkan tidak banyak atau jalan ditempat. Kekuasaan Kemudian digantikan oleh Al Malik Az Tahir II. Nah pada masa ini Kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah, menurutnya armada dagang yang dimiliki samudra pasai sangat mumpuni dan kuat. Pada sekitar tahun 1521, bangsa Portugis memasuki wilayah perairan selat Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudra Pasai hingga tahun 1954. Kemudian beberapa tahun kemudian wilayah ini menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang memiliki pusat di Bandar Aceh Darussalam. Itulah sedikit rangkuman mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai.
Sumber Sejarah Kerajaan Samudra Pasai
Ada beberapa sumber sejarah yang dapat menjadi patokan kita untuk mengetahui tentang kebenaran keberadaan Kerajaan Samudra Pasai. Semua sumber sejarah yang ditemukan merupakan hasil dari riset seorang sejarawan yang mungkin ingin menelusuri tentang kebenaran keberadaan Kerajaan Samudra Pasai. Berikut ini sumber sejarah yang terkait kerajaan tersebut:
·         Kronik Dinasti Yin, dari kronik tersebut kita dapat mengetahui bahwa utusan Kerajaan Samudra pasai telah berkunjung ke Cina.
·         Catatan Marco Polo tahun 1292, dalam catatan tersebut ia mengatakan bahwa di Sumatra terdapat beberapa wilayah yaitu Basma, Lamuri, dan Fansur. Memang Marcopolo tidak menyebutkan Samudra Pasai, tetapi ia menyebutkan Basma yang letaknya tidak jauh dari Pasai. Ia juga mengunjungi Perlak.
·         Catatan Ibnu Batutah, ia merupakan seorang pengembara dari Maroko. Dalam catatan tersebut, ia menyebutkan Kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al Zahar. Ia juga menyebutkan Kerajaan ini telah menjadi pusat studi agama Islam dan tempat para ulama Islam berkumpul.
·         Utusan Kaisar Cina, ia mengirim 3 utusan-nya yakni pada tahun 1403, 1414, dan 1430.
Masa Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai
Membahas tentang kejayaan Kerajaan Samudra Pasai dapat kita ketahui dari beberapa isi catatan sejarah yang ada. Dalam catatan Ibn Batutah, ia menjelaskan bahwa berhasil mendarat di tempat yang sangat subur. Kondisi perdagangan di daerah ini sangat maju, ditandai dengan digunakannya mata uang dari bahan emas. Daerah ini merupakan pusat ibu kota dari Kerajaan Samudra Pasai.
Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai terjadi pada masa pemerintahan Sultan Malik Tahir, kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan Internasional. Kondisi Pelabuhan dipenuhi dengan para pedagang dari berbagai penjuru dunia seperti Asia, Eropa, Cina bahkan Afrika. Kejayaan Samudra Pasai diperoleh dari hasil penggabungan beberapa kerajaan kecil di sekitar daerah tersebut.
Beliau memimpin kerajaan dalam kurun waktu 1297 sampai 1326 Masehi. Tercatat selama abad 13 sampai abad 16, kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai pelabuhan yang sangat sibuk. Saat itu, Samudra Pasai dapat mengekspor lada sekitar 8ribu sampai 10ribu bhara setiap tahunnya. Komoditas lain juga demikian seperti sutera, emas dan kapur barus yang mereka datang kan dari daerah pedalaman. Kemajuan juga ditandai dengan mata uang yang mereka gunakan sebagai alat pembayarannya. 
Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan dagang dengan Pulau Jawa. Mereka melakukan tukar menukar hasil komoditas pertanian maupun perkebunan , seperti beras ditukar dengan lada. Selain sebagai pusat perdagangan seperti yang sudah dijelaskan di atas, Kerajaan Samudra Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam di Nusantara.
·         Raja Kerajaan Samudra Pasai
Beberapa Raja Kerajaan Samudra Pasai sudah dijelaskan di atas. berikut ini akan disajikan mengenai raja-raja kerajaan tersebut secara lengkap. Sebagai berikut :
·         Sultan Malik as-Saleh pada tahun 1267 - 1297
·         Sultan Al-Malik at Tahir I / Muhammad I pada tahun 1297 - 1326
·         Sultan Ahmad I pada tahun 1326 - 133?
·         Sultan Al-Malik at Tahir II pada tahun 133? - 1349
·         Sultan Zainal Abidin I pada tahun 1349 - 1406
·         Ratu Nahrasyiyah pada tahun1406 - 1428
·         Sultan Zainal Abidin pada tahun II 1428 - 1438
·         Sultan Salahuddin pada tahun 1438 - 1462
·         Sultan Ahmad II pada tahun 1462 - 1464
·         Sultan Abu Zaid Ahmad III pada tahun 1464 - 1466
·         Sultan Ahmad IV pada tahun 1466 - 1466
·         Sultan Mahmud pada tahun 1466 - 1468
·         Sultan Zainal Abidin III pada tahun 1468 - 1474
·         Sultan Muhammad Syah II pada tahun 1474 - 1495
·         Sultan Al-Kamil pada tahun 1495 - 1495
·         Sultan Adlullah  pada tahun 1495 - 1506
·         Sultan Muhammad Syah III pada tahun 1506 - 1507
·         Sultan Abdullah pada tahun 1507 - 1509
·         Sultan Ahmad V pada tahun 1509 - 1514
·         Sultan Zainal Abidin IV pada tahun 1514 - 1517
Runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai
Runtuhnya kerajaan Samudra Pasai disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
·         Karena serangan dari Gajah Mada / patih Kerajaan Majapahit pada tahun 1339, serangan tersebut merupakan sebuah langkah yang dilakukan dengan tujuan menyatukan Nusantara, tetapi akhirnya gagal.
·         Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At Tahir.
·         Berdirinya Bandar di Selat Malaka yang lokasi dan letaknya lebih vital dan strategis
·         Adanya serangan dari bangsa Portugis.
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Seperti kerajaan-kerajaan lainnya di Indonesia, kerajaan Samudra Pasai juga memiliki beberapa peninggalan sejarah sebagai per-tanda keberadaan kerajaan tersebut. Lokasi peninggalan-peninggalan sejarah tersebut tentunya kebanyakan berada di Sumatera Utara, peninggalan tersebut dapat kita jumpai langsung di sana. Berikut ini beberapa peninggalan Kerajaan Samudra Pasai :
·         Stempel Kerajaan Samudra Pasai : Stempel ini ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamata Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini diduga milik Sultan Muhammad Malikul Tahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan Islam.
·         Cakra Donya : Cakra Donya merupakan lonceng yang berbentuk stupa. Lonceng ini dibuat negeri Cina pada tahun 1409 M. Lonceng tersebut berukuran tinggi 125cm dan lebarnya 75cm.
·         Naskah Surat Sultan Zainal Abidin : Surat ini merupakan tulisan dari Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518 Masehi, naskah ini ditujukan kepada Kapitan Moran
·         Makam : ditemukan beberapa makam raja, salah satunya makam dari Sultan Malik Al Saleh dan terdapat juga makam raja-raja lainnya.





PERLAK
Kerajaan Perlak muncul atau dikenal pada tahun 840-1292 masehi dan berlokasi di Perlak, Aceh Timur. Kenapa dinamakan Kerajaan Perlak? Karena, berdasarkan beberapa pendapat para ahli, Perlak merupakan nama kayu yang terkenal di daerah tersebut, kayu perlak merupakan bahan untuk membuat kapal, sehingga banyak para pembuat kapal dari wilayah Nusantara atau bahkan dari luar datang hanya untuk membeli bahan pembuatan kapal tersebut. Dari nama kayu tersebut yang cukup terkenal maka disebut lah wilayah ini sebagai Kerajaan Perlak.
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam, hal ini disebabkan karena daerah tersebut sering disinggahi oleh para pedagang dari wilayah Timur Tengah atau India. Dari persinggahan para pedagang, terjadilah perkawinan antara orang-orang lokal dengan para pedagang tersebut. Para pedagang atau perantau singgah di wilayah Kerajaan Perlak (Aceh Timur) bukan hanya satu atau dua hari, mereka singgah datang dan pergi memerlukan waktu beberapa bulan.
Hal ini disebabkan transportasi pada zaman dahulu masih menggunakan kapal dan kapal-kapal tersebut merupakan kapal dengan tenaga angin, bukan tenaga mesin. Jadi mereka yang singgah di Kerajaan Perlak melakukan interaksi dengan orang-orang lokal, bahkan terjadi perkawinan. Hal ini menimbulkan percampuran perkawinan dan budaya. Banyaknya pedagang Islam yang dinggah membuat perkembangan agama Islam di Kerajaan Perlak semakin pesat.
Kehidupan Politik Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak didirikan oleh para pendatang yang awal mulanya hanya berdagang sekaligus berdakwah. Mereka merupakan rombongan Nahkoda Kapal Khalifah yang berjumlah 100 orang. Datangnya rombongan tersebut membuat terjadinya perkawinan antara penduduk lokal dan para pendatang dari Arab, India dan Persia, hal inilah yang membuat perkembangan islam semakin pesat dan berdirinya kerajaan Islam yaitu Kerajaan Perlak pada tahun 225 H (840 M). Raja atau Sultan pertama Kerajaan Perlak adalah Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, beliau merupakan keturunan dari hasil perkawinan antara penduduk lokal dan para pedagang tersebut.
Pada masa pemerintahan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah Kerajaan Perlak tumbuh dan berkembang menjadi kerajaan yang subur dan menjadi semakin luas. Beliau merupakan sultan yang beraliran Syiah, aliran ini datang ke Nusantara atau Indonesia melalui para pedagang Gujarat, Persia dan Arab. Aliran Syiah masuk pertama melalui Kerajaan Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimah di Mesir.
Saat pemerintahan sultan ke tiga yakni Sultan Alauddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Syiah mulai di tinggalkan dan masuknya aliran Sunni ke Kerajaan Perlak. Setelah masuknya aliran Sunni, terjadilah perang saudara dengan para pengikut aliran Syiah. Perang tersebut terjadi saat meninggalnya Sultan pada tahun 913 Masehi. Hal ini membuat kekosongan kekuasaan selama dua tahun. Setelah perang berakhir dan dimenangkan oleh kaum Syiah, kemudian Sultan Syed Maulana Ali Mughat Shah (kaum Syiah) naik tahta. Pada akhir pemerintahan beliau, terjadi lagi peperangan antara kedua golongan tersebut di Kerajaan Perlak. Peperangan tersebut dimenangkan oleh golongan Sunni sehingga yang menjadi Sultan dari golongan tersebut.
Singkat cerita, peperangan yang terjadi di Kerajaan Perlak masih terus terjadi. Akhirnya, Sultan Kerajaan Perlak ke 17 yakni Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II melakukan strategi politik persahabatan dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Ia menikahkan putri-putrinya dengan raja-raja kerajaan tetangga yakni Kerajaan Malaka dan Kerajaan Samudra Pasai. Dari hasil perkawinan antara dua kerajaan tersebut menghasilkan putra mahkota pewaris dua kerajaan yaitu Sultan Muhammad Malik al Dhahir. Setelah putra mahkota tersebut diangkat menjadi Sultan dan raja, kemudian Kerajaan Perlak menyatu dengan Kerajaan Samudra Pasai. 
Masa Kejayaan Kerajaan Perlak
Masa kejayaan Kerajaan Perlak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Jouhan Berdaulat yakni pada tahun 1225 sampai 1262 Masehi. Pada masa pemerintahan beliau, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat, yakni dalam bidang pendidikan Islam dan bidang perluasan dakwah Islamiah.
Runtuhnya Kerajaan Perlak
Sementara itu, runtuhnya kerajaan Perlak karena banyak terjadi perang saudara antara dua golongan yang berbeda yaitu aliran Syiah dan aliran Sunni. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada masa sultan ke 17 Kerajaan Perlak melakukan strategi politik persahabatan dengan kerajaan-kerajaan tetangga sehingga penggabungan kerajaan perlak dengan kerajaan samudra pasai tidak dapat dihindarkan.

Bukti Kerajaan Perlak sebagai Kerajaan Pertama di Indonesia
Selaku kerajaan islam pertama di Indonesia, keberadaan kerajaan Pelak dibuktikan oleh berbagai bukti sejarah. Dalam hal ini  bukti sejarah yang dapat menunjukkan keberadaan kerajaan perlak, antara lain sebagai berikut :
1.       Adanya naskah-naskah tua dengan bahasa melayu, contohnya Kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan As Salathin dan kitab Idharul Haqq, karangan Abu Ishaq Makarani Al Fasy. 
2.       Berdasarkan laporan pelaut Marco Polo dari Venezia yang pernah singgah ke Kerajaan Perlak pada tahun 1292 dalam perjalanannya pulang ke Italia. Marcopolo menjumpai  adanya penduduk di daerah Perlak, yang telah memeluk agama Islam dan adanya pedagang Islam dari India yang menyebarkan agama Islam.
3.       Stempel kerajaan yang bertulis Al Wasiq Billan Negeri Bendahara Sannah 212
Bukti Kerajaan Samudera Pasai sebagai Kerajaan Pertama di Indonesia
1.       Penemuan makam Sultan Malik As-Saleh yang wafat pada 1297 M sebagai tanda masuknya agama Islam di Nusantara pada abad ke-13
2.       Catatan Ibnu Batutah, ia merupakan seorang pengembara dari Maroko. Dalam catatan tersebut, ia menyebutkan Kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al Zahar. Ia juga menyebutkan Kerajaan ini telah menjadi pusat studi agama Islam dan tempat para ulama Islam berkumpul.
3.       Mata uang dirham pasai dan batu-batu nisan yang bertuliskan tahun wafatnya para Sultan kerajaan Islam Samudra Pasai.
Manakah Kerajaan Islam yang Pertama?
Perlak di Aceh Timur disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara. Kesimpulan dari Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara tahun 1980, keputusan itu didasarkan pada satu dokumen tertua bernama kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak, karangan Abu Ishak Al-Makarani Sulaiman Al-Pasy. Itu yang menyisahkan pertanyaan bagi sebagian sejarawan mengenai kebenaran sejarah itu.
Kitab Idharul Haq yang dijadikan sumber satu-satunya. Sebagian sejarawan meragukannya. Apalagi kitab Idharul Haq yang diperlihatkan dalam seminar itu katanya bukan dalam bentuk asli, tidak utuh lagi melainkan hanya lembaran lepas. Kitab itu sendiri masih misteri, karena sampai sekarang belum ditemukan dalam bentuk aslinya. Sehingga ada yang mengatakan kita Idharul Haq ini hanya satu rekayasa sejarah untuk menguatkan pendapat bahwa berdasarkan kitab itu benar kerajaan Islam pertama di Aceh dan Nusantara adalah kerajaan Islam Perlak.
Banyak peneliti sejarah kritis, meragukan Perlak itu sebagai tempat pertama berdirinya kerajaan Islam besar di Aceh. Diperkuat dengan belum adanya ditemukan artevak-artevak atau situs-situs tertua peninggalan sejarah. Sehingga para peneliti lebih cenderung menyimpulkan kerajaan Islam pertama di Aceh dan Nusantara adalah kerajaan Islam Samudra Pasai yang terdapat di Aceh Utara. Banyak bukti yang meyakinkan, baik dalam bentuk teks maupun benda-benda arkeologis lainnya. Seperti mata uang dirham pasai dan batu-batu nisan yang bertuliskan tahun wafatnya para Sultan kerajaan Islam Samudra Pasai.
Samudera Pasai sebagai kerajaan pertama di nusantara kerena didukung oleh beberapa bukti-bukti peninggalan sejarah yang dapat dijadikan alasan yang kuat. Misalnya makam Sultan Malikul Saleh. Akan tetapi karena sumber terkini juga banyak menyebutkan bahwa kerajaaan Perlak adalah yang pertama di nusantara, misalnya buku Gerak Kebangkitan Aceh karya M. Junus Jamil, maka hal ini telah menjadi semacam doktrin yang sulit untuk dilepaskan dari pemahaman bannyak orang tentang kerajaan mana yang lebih dahulu berdiri.
Dari sekian banyak referensi yang saya temukan, belumlah cukup untuk menyatakan kerajaan manakah yang lebih dahulu muncul. Akan tetapi jika memang harus tetap memutuskan kerajaan mana yang lebih dahulu berdiri, saya akan mengatakan Samudera Pasai. Ini dikarenakan banyaknya sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu kita tidak bisa lepas dari pernyataan “No Document, No History”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Aku Menjadi Sebastian Del Cano

Sebastian Del Cano Pada tahun 14 M. Sebuah pelayaran besar dilakukan. Teori Heliosentris yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, sehingga tidak akan ada yang benar benar tersesat di dunia ini, melainkan ia kembali ke tempat asal ia berlayar. Jatuhnya Kota Konstatinopel oleh Bangsa Turki Usmani merupakan kalimat yang sering kita jumpai di buku yang membahas penjelajahan samudra. Namun apakah sebenarnya itu? Mengapa menjadi pendorong dengan gaya yang besar bagi sebuah penjelajahan samudra? Sebuah penaklukan yang memutuskan aktivitas perdagangan antara Eropa dan Asia. Pedagang Eropa sulit beroperasi di daerah kekuasaannya. Mereka mengalami krisis perdagangan rempah rempah. Lalu bagaimana ia mendapatkan sumbernya? Maka jawabannya adalah dengan mencari sendiri melalui penjelajahan samudra. Jikalau aku menjadi seorang penjelajah samudra yang siap menjajah negeri dengan gudang rempah rempah, maka sebut aku sebagai Sebastian Del Cano. Ya, aku berkebangasaan Spanyol. Kalian pasti mengeta

Pengertian Sejarah dan Peristiwa Perang Diponegoro Dalam 5 Konsep Berpikir Sejarah

A.   Apa itu sejarah? Sejarah? Berbicara tentang sejarah, pasti yang muncul di benak kita adalah kejadian di masa lalu tentang peristiwa peristiwa nasional, internasional, atau apapun itu yang kerap kita temukan dalam buku sosial. Namun, apakah hanya itu yang disebut dengan sejarah? Tentu saja tidak. Karena, bahkan kejadian di masa kita kecil yang mengakibatkan kita terluka sehingga tak dapat berjalan dengan benar saat ini, dapat kita sebut sebagai sejarah. Oleh karena itu, saya akan menjabarkan sedikit tentang apa itu sejarah. Bak ilmu pengetahuan lainnya, sejarah sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita. Bahkan, dapat kita katakan bahwa sejarah dekat dengan kita. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pasti ada latar belakangnya. Lantas di antara ribuan peristiwa, manakah yang termasuk ke dalam sejarah ? Mari kita bahas hal ini lebih lanjut. Menurut saya, sejarah adalah peristiwa peristiwa penting berkaitan dengan kehidupan manusia yang terjadi di masa lampau sehingga m