Halo pemuda pemudi Indonesia...
Ingatlah selalu bahwa sejarah dekat
dengan kita. Kali ini kita akan membahas tentang hal yang menjadi ciri khusus
Indonesia di mata dunia. Apa itu? Sebagai permulaan, kita kenal ada 6 agama
resmi yang berkembang di negara ini. Agama dengan penganut terbanyak hingga
mencapai angka 80% dari seluruh warga Indonesia. Ya, Islam. Agama Islam
seringkali menjadi sorotan di Indonesia, selain karena jumlah penganutnya agama
ini juga kerap kali menampilkan kebudayaan khas hingga menjadi tradisi yang
menarik. Lalu, bagaimana agama Islam bisa sampai hingga berkembang di
Indonesia?
Untuk menjelaskan hal tersebut, ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang masuknya agama Islam di Indonesia,
yaitu:
1. Teori Gujarat (India)
Teori ini
menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia berasal dari daerah India.
Pencetus teori ini adalah dua orang berkebangsaan Belanda, Snouck Hurgronje
dan J.Pijnapel. Keduanya beranggapan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia
sejak awal abad ke 13 Masehi bersama dengan hubungan dagang yang terjalin
antara masyarakat Nusantara dengan para pedagang Gujarat yang datang.
Bukti bukti
yang membuat Hurgronje dan Pijnapel mencetuskan teori ini yaitu batu nisan
Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Islam
Gujarat, catatan Marcopolo, serta adanya warna tasawuf pada aliran Islam yang
berkembang di Indonesia.
Sedangkan
kelemahan teori ini adalah masyarakat Samudra Pasai menganut mazhab Syafii,
sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi. Selain itu,
saat islamisasi Samudra Pasai, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.
2. Teori Persia
Teori ini
menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia berasal dari daerah Persia.
Pencetus teori ini adalah Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat. Mereka
beranggapan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia sejak tahun 7 Masehi yang
dibawa oleh kaum Syiah, Persia. Akan tetapi, ada beberapa pendapat lain yang
menyebutkan bahwa agama Islam masuk 12 M, 13 M, dan 15 M
Bukti dari
kebenaran teori ini adalah kesamaan budaya Islam Persia dan Islam Nusantara
(seperti adanya peringatan Asyura dan peringatan Tabut), kesamaan ajaran Sufi,
penggunaan istilah persia untuk mengeja huruf Arab, kesamaan seni kaligrafi
pada beberapa batu nisan, serta bukti maraknya aliran Islam Syiah khas Iran
pada awal masuknya Islam di Indonesia.
Akan tetapi,
ditemukan kejanggalan pada teori ini yang membuat kita kembali mencari cari
manakah teori yang benar. Kejanggalannya adalah bila dikatakan bahwa Islam
masuk pada abad ke 7, maka kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dalam
genggaman Khalifah Umayyah yang berada di Damaskus, Baghdad, Mekkah, dan
Madinah. Jadi tidak memungkinkan bagi ulama Persia untuk menyokong penyebaran
Islam secara besar-besaran ke Nusantara.
3. Teori Arab atau Teori Makkah
Teori Arab
menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia berasal dari daerah Arab atau
Makkah. Pencetus teori ini Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya
Hamka. Mereka berpendapat bahwa Islam dibawa para musafir Arab yang
memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh belahan dunia pada abad
ke- 7 Masehi.
Teori
masuknya Islam di Indonesia ini didukung beberapa 3 bukti utama. Pertama, pada
abad ke 7 Masehi, di Pantai Timur Sumatera memang telah terdapat perkampungan
Islam khas dinasti Ummayyah, Arab. Lalu, madzhab yang populer kala itu
khususnya di Samudera Passai adalah madzhab Syafii yang juga populer di Arab
dan Mesir. Dan yang ketiga, adanya penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja
Samudera Pasai yang hanya lazim ditemui pada budaya Islam di Mesir.
Hingga kini, teori Arab dianggap sebagai teori yang paling kuat. Kelemahannya hanya terletak pada kurangnya fakta dan bukti yang menjelaskan peran Bangsa Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
Hingga kini, teori Arab dianggap sebagai teori yang paling kuat. Kelemahannya hanya terletak pada kurangnya fakta dan bukti yang menjelaskan peran Bangsa Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
Dari ketiga
teori tersebut, masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Akan tetapi,
dilihat dari sudut pandang tahun, bukti, dan kejanggalan yang dimiliki tiap
teori penulis setuju terhadap teori Arab. Kepada pembaca bisa memilih sendiri
teori mana yang dianggap paling sesuai.
SELANJUTNYA,
Kita sudah
membahas teori teori masuknya Islam ke Indonesia berdasarkan daerah asal. Kini,
kita akan membahas jalur/ saluran masuknya agama Islam ke Indonesia. Apa saja
yang bisa menjadi media masuknya Islam ke nusantara?
1. Perdagangan
Diperkirakan pada abad ke 7 sampai
dengan abad ke 11 Islam telah masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan
begitu juga dengan perkembangannya.
Tanah air kita merupakan kawasan yang
sangat strategis dalam perdagangan. Pelabuhan yang berdiri di sekitar kepulauan
Indonesia, menjadi tempat pilihan utama bagi para pedagang Arab, Gujarat, dan
negeri lain, sebagai transit untuk melanjutkan perdagangan ke Cina.
Dalam
perkembangan selanjutnya, beberapa pelabuhan di sekitar Sumatra menjadi bandar
perdagangan yang sangat ramai. Tidak sedikit pedagang dari berbagai negeri
melakukan kegiatan perdagangannya di negeri kita. Di antara mereka adalah para
pedagang muslim. Mereka mengadakan transaksi jual beli dan mengumpulkan barang
dagangannya untuk dibawa kembali ke negeri asalnya. Dengan demikian, para
pedagang muslim umumnya tidak sekadar singgah sesaat, tetapi menetap
berhari-hari. Dalam proses berdagang ini dakwah Islam kemudian
disampaikan. Oleh para saudagar dari luar maupun Indonesia sendiri, Islam
disebarkan di sepanjang jalur perdagangan pada pelabuhan seperti Selat Malaka,
Samudra, Palembang, disusul Demak, Cirebon, Gresik, Tuban, Makasar serta
Indonesia bagian timur.
Di tengah
penduduk yang sebelumnya penganut agama Hindu dan kepercayaan kuno, para
pedagang muslim merasa terdorong untuk mengenalkan ajaran-ajaran Islam. Ajakan
dakwah Islam pun diterima para pedagang lokal di tanah air. Mereka pada umumnya
adalah para bangsawan ataupun pejabat kerajaan yang banyak terlibat dalam
perdagangan. Selanjutnya, karena para bangsawan dan pejabat kerajaan merupakan
orang-orang yang terpandang, dengan sendirinya banyak masyarakat yang mengikuti
dan menyatakan diri turut memeluk agama tersebut.
2. Pernikahan
Jalur
pernikahan ditempuh pada abad ke 11 sampai ke 13 M. Pernikahan merupakan tahap
lanjutan dari jalur perdagangan. Para pedagang lama kelamaan mulai menetap,
baik sementara ataupun permanen. Seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya
membentuk suatu perkampungan yang disebut dengan pekojan.
Selanjutnya,
para pedagang membentuk keluarga dengan menikahi warga nusantara. Salah satu
contohnya adalah pernikahan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila.
Untuk bisa menikah, wanita yang beragama lain harus masuk Islam terlebih
dahulu. Cara masuk agama Islam yang begitu mudah, hanya dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat dan tidak memerlukan upacara khusus. Hal ini meyebabkan
penyebaran agama Islam jalur pernikahan berkembang dengan baik. Selain itu,
keluarga dari kedua belah pihak dapat menjadi target dakwah selanjutnya di mana
penyebaran oleh orang terdekat akan ebih mudah diterima.
Beberapa
contoh lainnya dari penyebaran Islam dengan jalur ini adalah pernikahan Maulana
Ishaq dan Putri Blambangan yang melahirkan seorang putra dikenal sebagai Sunan
Giri. Dalam Babad Cirebon, diceritakan pernikahan Putri Kawunganten dan Sunan
Gunung Jati. Sedangkan pada Babad Tuban, terdapat kisah pernikahan Raden Ayu
Teja, putri Adipati Tuban dengan Syeh Ngabdurrahman.
3. Pendidikan
Seiring dengan berlangsungnya penyiaran
agama Islam sehingga diterima masyarakat luas, dakwah Islam melalui pendidikan
sangat diperlukan. Awal mulanya para mubalig yang hendak menyampaikan dakwah
berasal dari daerah yang lebih dahulu masuk Islam. Mereka menuju tanah air
sengaja untuk melakukan dakwah. Akan tetapi, tidak lama setelah Islam diterima,
banyak masyarakat kita yang pergi menuju pusat penyiaran agama Islam. Misalnya
di Kota Mekah dan Madinah.
Sebagaimana tercatat dalam sejarah,
kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada
awal abad ke-16. Bahkan, pada tahun 974 Hijriah atau tahun 1566 Masehi,
dilaporkan terdapat lima kapal dari kerajaan Aceh yang berlabuh di bandar
pelabuhan Jeddah. Di sana utusan dari kerajaan Aceh tersebut akan menuntut ilmu
agama Islam untuk didakwahkan kepada masyarakat di tanah air. Para ulama yang
belajar di Timur Tengah ini kemudian mengembangkan keilmuannya di pesantren
pesantren. Di pesantren ini masyarakat luas dapat mempelajari ilmu
keislaman. Selanjutnya dikenallah istilah santri di masyarakat di mana
mereka yang berperan dalam mensosialisasikan ajaran Islam yang telah mereka
peroleh ke masyarakat.
4. Tasawuf
Tasawuf ialah
ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Para ahli tasawuf
biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat, misalnya ahli
menyembuhkan penyakit. Mereka mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan
dengan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan
Buddha sehingga mudah dimengerti. Oleh karna itu, masyarakat pribumi mudah
menerima agama Islam. Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia, antara lain Hamzah
Fansyuri, Syamsuddin as Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Syekh
Siti Jenar, dan Sunan Panggung
5. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang
besar dan memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam
tersebut. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, maka rakyatnya akan
memeluk agama Islam juga. Alasannya karena masyarakat Indonesia memiliki
kepatuhan yang tinggi terhadap rajanya. Demi kepentingan politik maka Raja akan
mengadakan perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama
Islam.
Contohnya
adalah Sultan Demak yang mengirim pasukannya di bawah pimpinan Fatahillah untuk
menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan Islam di sana.
6. Seni dan Budaya
Penyebaran
Islam dengan jalur seni dan budaya dilakukan melalui seni bangunan seni pahat
atau ukir, tari, musik, dan sastra. Media seni yang paling terkenal adalah
pertunjukkan wayang dan musik. Sunan Kalijaga merupakan seorang ulama yang
aktif mengadakan pertunjukkan wayang untk menyebarkan agama Islam. Dalam setiap
pertunjukannya, Sunan Kalijaga mengajak para penonton untuk terlebih dahulu
mengucap dua kalimat syahadat dan menyampaikan pesan dakwah tersirat pada
pertunjukan wayang kulitnya. Sedangkan untuk musik, banyak disebarkan oleh
Sunan Bonang. Karya Sunan Bonang yang paling populer adalah Tombo Ati.
7. Wali
· Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
Sunan
Gresik selama hidupnya, beliau dikenal sebagai orang yang sangat ahli di
bidang agama Islam. Ia sangat pandai dalam menarik simpati masyarakat Jawa yang
ketika itu pada umumnya masih memeluk agama Hindu dan Budha. Dengan cara yang
dilakukannya itu, dakwah-dakwahnya banyak diminati orang.
· Sunan Ampel atau Raden Rahmat
Raden
Rahmat atau Sunan Ampel menggunakan pondok pesantren sebagai sarana
penyebaran agama Islam. Ia mendirikan pondok pesantren yang pertama di Ampel
Denta, Surabaya. Di pesantren inilah ia banyak mendidik para pemuda Islam untuk
disebarkan ke seluruh pelosok pulau Jawa.
· Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
Sunan
Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur untuk mendirikan pondok pesantren.
Santri-santri yang belajar kepadanya datang dari berbagai pelosok Nusantara.
Dalam menyebarkan agama Islam ia selalu menyesuaikan dengan corak kebudayaan
Jawa. Ia menggunakan pertunjukan wayang sebagai media dakwahnya. Lagu gamelan
wayang berisikan pesan-pesan ajaran agama Islam.
· Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul
Yaqin
Sunan
Giri dikenal sebagai pejuang Islam yang gigih. Ia menggunakan pesantren dan
cara dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Para santrinya ditugasi untuk
berdakwah ke berbagai daerah di Pulau Jawa, Pulau Madura, Bawean, dan Tidore.
· Sunan Drajat atau Raden Qasim
Dalam
menyiarkan agama Islam, ia menggunakan media dakwah dan mendirikan pesantren.
Ia dikenal sebagai orang yang baik hati dan suka memberikan pertolongan kepada
masyarakat, seperti menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
· Sunan Kalijaga atau Raden Said
Dalam
berdakwah ia mengarang cerita wayang purwa dan wayang kulit yang bernafaskan
Islam. Jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian tidak hanya pada seni wayang,
tetapi juga pada seni suara, ukir, seni pahat, seni busana, dan kesusastraan.
· Sunan Kudus atau Jafar Shidiq
Dalam
melaksanakan kegiatan dakwah, ia melakukan dengan pendekatan budaya. Hal itu
terbukti dengan diciptakannya berbagai cerita yang bernafaskan keagamaan,
seperti Gending Maskumambang dan Mijil.
· Sunan Muria atau Raden Umar Said
Dalam
rangka dakwahnya ia menciptakan tembang Sinom dan Kinanti yang beranfaskan
Islam.
· Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah
Ketika
kembali ke Cirebon Sunan Gunung Jati kemudian menyiarkan agama Islam ke
daerah-daerah di Jawa Barat yang belum memeluk agama Islam, seperti Majalengka,
Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Di Banten itulah ia
berhasil menjadikan Banten sebagai kerajaan Islam pada tahun 1525.
Sekian dulu
kali ini, semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar